DREAM IS DREAM


SELAMAT DATANG SAHABAT BLOGER

Jumat, 01 Mei 2015

Tana Toraja, potret tradisi & budaya yang melegenda

Tana Toraja sudah sangat populer di kalangan wisatawan lokal dan mancanegara. Buat kamu yang belum pernah menengok salah satu destinasi wisata yang penuh dengan tradisi dan mistis ini, sungguh sangat disayangkan. Apalagi sekarang banyak kemudahan yang bisa kamu dapat kalau berencana mengunjungi Tana Toraja.



Travelers, masyarakat Tana Toraja tidak hanya menawarkan adat istiradat yang masih dipegang teguh, namun juga tarian, musik, bahasa, sastra, tenun, kuliner lokal, rumah adat, dan seni ukir yang menakjubkan. Karena itulah kenapa kali ini Pegipegi akan mengulas secara tuntas tentang Tana Toraja.

Cara Mudah Menuju Tana Toraja

Travelers, kalau pengin cara murah dan mudah menuju Tana Toraja, kamu wajib huntingtiket jauh-jauh hari. Misalnya, cobalah berburu tiket pesawat promo dari maskapai yang akan membawamu terbang ke Makassar. Kamu bisa memulai perjalanan dari Jakarta/Surabaya/Denpasar – Makassar – naik Damri dari bandara (Rp25.000* per orang) – menuju kota/Jalan Urip Sumoharjo untuk mencari tiket bus ke Toraja (Rp150.000* – Rp180.000* per orang).
Oh ya travelers, karena perjalanan Makassar – Toraja memerlukan waktu sekitar 8 jam, kamu disarankan pergi di malam hari (biasanya berangkat jam 21.00) agar bisa istirahat dalam bus. Paginya, tubuhmu pun sudah merasa segar dan siap menjelajahi Tana Toraja. Sesampainya di sana, kamu nggak mungkin langsung jalan ‘kan? So kamu bisa mencari penginapan di Rantepao serta menyewa motor (Rp25.000* – Rp50.000* per hari).
Kenapa harus menyewa motor? Ini agar petualanganmu bisa maksimal mengingat destinasi Tana Toraja cukup luas, yaitu di bagian utara dan selatan sehingga untuk dapat ‘hinggap’ dari tempat satu ke tempat lain perlu ‘pergerakan’ yang gesit. Harga segitu masih bisa ditawar kok. Biar harganya makin miring, kamu bisa menyewanya di tempat menginap. Jadi kamu bakal diskon dobel. Asyik ‘kan?

Indahnya tradisi masyarakat Tana Toraja


Suku Toraja menjadi penghuni utama Tana Toraja. Mereka masih berpegang teguh pada adat dan melestarikan ritual yang telah dijalani leluhur mereka. Tidak mengherankan yatravelers kenapa di sana ada banyak destinasi wisata yang bisa membuatmu terkesima dan terpesona. Yuk kita kunjungi satu per satu.
  1. Tongkonan, Rumah Adat Masyarakat Toraja
Tongkonan yang menjadi rumah adat Tana Toraja punya bentuk atap melengkung seperti perahu dan tersusun dari bambu, dimana bagian depan terpajang tanduk kerbau. Namun kini, masyarakat setempat mengganti bagian atap dengan seng agar lebih praktis. Ruangan yang ada difungsikan untuk tempat tidur, dapur, dan menyimpan mayat. Kalau diperhatikan, tepat di depan tongkonan biasanya berdiri lumbung padi yang disebut ‘alang’, dimana bagian depannya nampak gambar matahari dan ayam yang menjadi simbol untuk menyelesaikan masalah.
  1. Buntu Kalando, Museum Bersejarah di Tana Toraja
Nilai sejarah yang dimiliki masyarakat Tana Toraja masih tersimpan dengan baik di Tongkonan Buntu Kalando. Kalau kebetulan travelers mengunjungi tempat ini, kamu bisa melihat ada banyak peninggalan benda-benda bersejarah serta warisan leluhur dari Kerajaan Sangalla. Dulunya, tongkonan ini digunakan oleh Raja Sangalla sebagai tempat peristirahatan sekaligus istana untuk menjalankan pemerintahan Tana Toraja.
  1. Pallawa, Tongkonan unik di Atas Bukit
Tongkonan lain yang juga wajib dikunjungi travelers untuk menikmati seluruh Tana Toraja adalah Tongkonan Pallawa yang dapat dijangkau dari Rantepao sejauh 12 km. Bisa dikatakan kalau tempat ini termasuk rumah adat yang terlihat begitu menarik. Letaknya yang berada diantara pohon bambu di puncak bukit pun menambah kerindangan dan ketenangan. Dekorasi interior dan eksteriornya sangat khas dengan beberapa tanduk kerbau yang ditanamkan pada bagian depan. Kalau kamu hobi fotografi, jangan sampai kelewatan untuk menjepretnya dari berbagai sudut ya.
  1. Londa, Pemakaman unik di tebing yang curam



Londa juga menjadi destinasi favorit travelers yang berkunjung ke Tana Toraja. Tempat ini dapat dijangkau sejauh 5 km di sebelah selatan Rantepao, tepatnya di Desa Sendan Uai. Londa juga sering disebut ‘pemakaman’ khas ala Tana Toraja karena lokasinya yang tidak biasa. Masyarakat adat Tana Toraja membuat makam di tempat yang cukup tinggi. Letaknya yang ada di gua-gua memang sangat unik karena tiap peti akan ditata sedemikian rupa sesuai garis keluarga. Peti yang berisi tulang belulang orang yang sudah meninggal ini sangat dihormati sehingga kalau kebetulan kamu menemukan tulang yang berserakan, jagalah perilaku dan tetap hormati juga orang yang sudah meninggal ya.
  1. Kete Kesu, potret tradisi di Tana Toraja
Masyarakat Tana Toraja juga memiliki lubung padi yang sangat unik. Namanya Kete Kesu, yang berarti pusat kegiatan masyarakat Tana Toraja yang letaknya hanya 14 km dari Makale, atau sekitar 5 km di sebelah tenggara Rantepao. Tempat ini menjadi satu paket tempat wisata yang wajib dikunjungi, bahkan sebagian orang mengatakan tidak afdol datang ke Tana Toraja kalau tidak mengabadikannya dalam bingkai foto.
Kete Kesu sendiri sebenarnya adalah tongkonan yang dikelilingi oleh bangunan megalitikum lain. Hanya dengan membayar Rp5.000* per orang, travelers bisa puas menikmati Kete Kesu dengan latar persawahan dan pegunungan cantik. Oh ya, kalau sudah sampai di sini, jangan lupa membeli souvenir seperti bambu ukir dan seni pahat yang dibuat oleh masyarakat lokal Tana Toraja ya.
  1. Batu Tumonga, jejeran batuan kuno yang elegan
Destinasi lain yang juga wajib dikunjungi saat datang ke Tana Toraja tentu saja Batu Tumonga yang letaknya sekitar 30 km dari Rantepao dan berada di ketinggian 1300 mdpl. Di sini kamu dapat menikmati pesona Rantepao serta lembah dan perbukitan dari ketinggian. Di area ini, travelers bisa menyaksikan sekitar 56 batu menhir dengan tinggi 2 – 3 meter yang ditata dalam satu lingkaran dimana ada 4 pohon pada bagian tengahnya. Kebanyakan wisatawan yang datang ke Batu Tumonga sengaja mengambil gambar di samping batu menhir.

  1. Lemo, Tempat Pemakaman di Tana Toraja
Rumah adat Tana Toraja
Lemo atau dikenal dengan ‘rumah arwah’ merupakan pemakaman di Tana Toraja yang memungkinkan pengunjung dapat melihat mayat yang disimpan di tempat terbuka, tepatnya ditengah bebatuan curam atau bukit batu. Di sana terdapat sekitar 75 lubang pemakaman dimana tiap lubang menjadi tempat pekuburan dari 1 keluarga berukuran 3 x 5 meter dengan tao-tao yang diletakan di atas tebing.
Tao-tao atau boneka kayu ini menjadi gambaran dan penampilan pemiliknya sehari-hari. Dulunya, Tao-tao hanya diperuntukan bagi kaum bangsawan yang telah ‘menuntaskan’ seluruh upacara adat. Dan untuk membuat lubang di Lemo diperlukan waktu 1 bulan – 6 bulan dengan biaya sekitar Rp30 juta*. Dan karena pakaian yang dikenakan oleh tao-tao dapat usang karena hujan dan terik matahari, keluarga sang mayit pun akan menggantinya secara teratur saat melaksanakan upacara Ma’ Nene.
  1. Upacara Adat Rambu Solo
Rambu Solo merupakan upacara adat untuk menghormati arwah orang yang sudah meninggal dengan mengantarkannya ke alam roh. Sebagai upacara adat kematian, masyarakat Tana Toraja percaya kalau ‘meninggalnya seseorang’ masih belum sempurna kalau tidak dilakukan Rambu Solo. Penyempurnaan roh harus dilakukan agar orang yang meninggal terhindar dari predikat orang sakit sehingga keluarga pun harus memperlakukannya seperti orang yang masih hidup.
Jadi jangan heran ya travelers kalau kamu kebetulan berkesempatan mengunjungi keluarga yang sedang berduka, di dalam rumah terlihat mayat yang disuguhi makanan, minuman dan tetap dibaringkan di atas tempat tidur layaknya orang yang sedang tidur. Bila orang kaya yang memiliki hajat, bisa ada 24 ekor – 100 ekor kerbau yang disembelih dan dilakukan secara besar-besaran dengan diiringi musik tradisonal dan berbagai tarian. Sedangkan golongan menengah biasanya menyembelih sekitar 24 ekor kerbau dan 50 ekor babi. Wah, berapa duit yang harus dikeluarkan untuk upacara adat ini ya travelers?
  1. Baby Grave di Kambira
Travelers, bayi yang meninggal di Tana Toraja pun diperlakukan dengan cara berbeda. Di Kambira (2 jam dari kota Toraja), bayi yang meninggal sebelum giginya tumbuh, jenazahnya akan disemayamkan dalam lubang pohon Tarra tanpa balutan apapun, kemudian ditutup serabut ijuk yang dianyam berbentuk segi empat. Menurut penduduk setempat, dengan berjalannya waktu, lubang tersebut akan tertutup oleh kulit pohon. Biarpun dibiarkan terbuka, namun tidak ada bau busuk kok travelers. Bayi ini dianggap masih suci dan pohon Tarra yang mempunyai getah cukup banyak dipercaya dapat menjadi pengganti ASI. Namun, pemakaman untuk bayi ini sudah ditinggalkan oleh masyarakat setempat sejak tahun 1965.
Bagaimana travelers? Cukup unik dan nyentrik kan pesona Tana Toraja? Sekarang kamu pasti bersemangat untuk menjelajahi kota ini. Yuk pesan tiket pesawat dan hotel di Pegipegi.com

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar: